Menjelang azan shubuh berkumandang, papa dan mama terbangun, menangis dan saling mengungkapkan perasaan yang sama. Perasaan merindukan si buah hati yang tadi siang dititipkan ke pesantren.
Perasaan yang sama dan tak pernah hadir sebelumnya pada 12 tahun kebersamaan dalam rumah tangga yang saling mencintai.
Saling menunjukan kemampuan, wajah seakan berbicara bahwa saya kuat, pasrah dan saling memberi suport. Subuh itu, kami sadar, kami lemah. Lemah karena cinta dunia. Sesungguhnya cinta hakiki itu hanya kepada Allah, sang Maha Pencipta. Ya... Itulah yang dapat menenangkan jiwa kami.
Rizka Amelia, 2 (dua) kali juara 1 (satu) umum di sekolahnya dan 6 kali juara 1 (satu) kelas selama 6 (enam) tahun dibangku Sekolah Dasar. Beberapa kali juara satu perlombaan umum di tingkat desa dan kecamatan.
Sebagaimana rencana sebelumnya, Ayah, Ibu dan Anak yang bersepakat menjadikan pesantren sebagai jenjang pendidikan selanjutnya setelah lulus Sekolah Dasar. Sore itu berangkat bersama mengantarkan sang anak, Rizka Amelia, si buah hati tercinta menuju pesantren yang telah direncanakan.
Segala persiapan telah rampung. Tak terlupakan nasehat demi nasehat dari ayah dan ibu. Wajah-wajah meyakinkan harus disuguhkan kepada si buah hati, menenangkan jiwa yang ragu.
Nasehat papa mama pun diulang. Alhamdulillah, ketegaran di wajah cantik dan polos mulai tergambar. Kata ikhlas keluar dari bibir mungilnya.
Alhamdulillah.....!!!
Papa dan mama pulang, wajah tegar masih ditunjukan. Hingga tiba dirumah ditemani sang adik yang masih berumur 6 tahun.
Di rumah, masing-masing mencari kesibukan. Walaupun sebenarnya, hati dan pikiran masih tinggal bersama si buah hati. Terbayang ekspresinya saat ditinggal pergi.
Persaan itu disembunyikan agar tidak saling mempengaruhi antara papa dan mama. Terlihat tegar tanpa beban. Ingin si buah hati menjadi anak yang saleha.
Subuh itu, adzan di mesjid berkumandang. Suaranya terdengar merdu, menyentuh hingga ke hati yang paling dalam.
Papa berpikir bahwa mama belum bangun (masih tertidur). Ekspresi amel saat berpisah selalu terbayang dan melintas di pikiran. Tak terasa air mata menetes... menetes... dan menetes semakin deras hingga isak tangis pun tak tertahankan.
Mama yang ternyata belum juga tertidur pulas hingga subuh itu juga menjadi jujur atas kerinduannya sebagai seorang ibu. Tangisan pun tak tertahankan setelah mengetahui tangis papa adalah tangis kerinduan kepada sang buah hati.
Saat itu, kerinduan papa dan mama berangsur-angsur pulih. Doa untukmu Amel, jika rindu, ingat dan sebutlah nama Allah.
Demikian, salam persahabatan, Amrin Madolan. Bagikan tulisan ini untuk menjalin persahabatan, saling memberi motivasi, menyebarkan opini dan berbagi informasi kehidupan sehari-hari kepada sesama.
Perasaan yang sama dan tak pernah hadir sebelumnya pada 12 tahun kebersamaan dalam rumah tangga yang saling mencintai.
Saling menunjukan kemampuan, wajah seakan berbicara bahwa saya kuat, pasrah dan saling memberi suport. Subuh itu, kami sadar, kami lemah. Lemah karena cinta dunia. Sesungguhnya cinta hakiki itu hanya kepada Allah, sang Maha Pencipta. Ya... Itulah yang dapat menenangkan jiwa kami.
Sore Hari
Rizka Amelia, 2 (dua) kali juara 1 (satu) umum di sekolahnya dan 6 kali juara 1 (satu) kelas selama 6 (enam) tahun dibangku Sekolah Dasar. Beberapa kali juara satu perlombaan umum di tingkat desa dan kecamatan.
Sebagaimana rencana sebelumnya, Ayah, Ibu dan Anak yang bersepakat menjadikan pesantren sebagai jenjang pendidikan selanjutnya setelah lulus Sekolah Dasar. Sore itu berangkat bersama mengantarkan sang anak, Rizka Amelia, si buah hati tercinta menuju pesantren yang telah direncanakan.
Segala persiapan telah rampung. Tak terlupakan nasehat demi nasehat dari ayah dan ibu. Wajah-wajah meyakinkan harus disuguhkan kepada si buah hati, menenangkan jiwa yang ragu.
"Nak, kamu harus kuat, sabar, rajin belajar dan jangan lupa jaga kesehatan. Kalau rindu, ingat dan sebutlah nama Allah. Papa dan mama sangat bahagia jika Amel mampu melewati masa-masa kerinduan itu. Papa dan mama sedih bila Amel selalu rindu pada papa dan mama".
Tiba di Pesantren dan Papa Mama Pulang
Disambut dengan senyuman shaleh dan shaleha dari teman santri lainnya, para ustadz dan ustadzah, saling memperkenalkan dan mempersiapkan tempat Amel di asrama bersama sang ibu. Amel terlihat gugup, senyum dan tersipu malu namun terlihat terlihat pula upaya kerasnya mengendalikan pikiran dan jiwanya. Butiran-butiran air mata menghiasi wajah cantiknya.Nasehat papa mama pun diulang. Alhamdulillah, ketegaran di wajah cantik dan polos mulai tergambar. Kata ikhlas keluar dari bibir mungilnya.
"Papa dan mama sudah boleh pulang, Amel bisa."
Alhamdulillah.....!!!
Papa dan mama pulang, wajah tegar masih ditunjukan. Hingga tiba dirumah ditemani sang adik yang masih berumur 6 tahun.
Di rumah, masing-masing mencari kesibukan. Walaupun sebenarnya, hati dan pikiran masih tinggal bersama si buah hati. Terbayang ekspresinya saat ditinggal pergi.
Persaan itu disembunyikan agar tidak saling mempengaruhi antara papa dan mama. Terlihat tegar tanpa beban. Ingin si buah hati menjadi anak yang saleha.
Waktu Subuh
Subuh itu, adzan di mesjid berkumandang. Suaranya terdengar merdu, menyentuh hingga ke hati yang paling dalam.
Kerinduan Di Waktu Subuh |
Papa berpikir bahwa mama belum bangun (masih tertidur). Ekspresi amel saat berpisah selalu terbayang dan melintas di pikiran. Tak terasa air mata menetes... menetes... dan menetes semakin deras hingga isak tangis pun tak tertahankan.
Mama yang ternyata belum juga tertidur pulas hingga subuh itu juga menjadi jujur atas kerinduannya sebagai seorang ibu. Tangisan pun tak tertahankan setelah mengetahui tangis papa adalah tangis kerinduan kepada sang buah hati.
"Pa... saya juga rindu".
"Iya ma.... sabar, pasrahkan diri kepada Allah. Kita pasti bisa melalewatinya, semoga anak kita diberikan kesabaran hingga menjadi anak yang saleha, kita mencintainya dan sesungguhnya cinta itu juga milik Allah. Jangan cinta kita pada anak melebihi cinta kita kepada Allah".
Saat itu, kerinduan papa dan mama berangsur-angsur pulih. Doa untukmu Amel, jika rindu, ingat dan sebutlah nama Allah.
Demikian, salam persahabatan, Amrin Madolan. Bagikan tulisan ini untuk menjalin persahabatan, saling memberi motivasi, menyebarkan opini dan berbagi informasi kehidupan sehari-hari kepada sesama.